Indonesia dikenal oleh masyarakat dunia sebagai sebuah negara yang mempunyai keragaman budayanya. Berbagai macam bentuk kebudayaan sebagai hasil karya masyarakatnya dan sekaligus sebagai cerminan atas keragaman suku-suku bangsa namun tetap dalam satu naungan dengan jaminan pemersatunya dibawa pita Bhinneka Tunggal Ika dalam cengkraman Lambang Negara Garuda Pancasila sebagai wujud dari berdirinya Negara kesatuan Republik Indonesia.
Ribuan bentuk kebudayaan yang dilahirkan oleh bangsa ini, merupakan manifestasi dari bentuk kebudayaan yang dilahirkan dari berbagai macam adat-istiadat dari cerminan setiap pulau atau propinsi yang tersebar luas dalam ribuan pulau dan membentang dari sabang sampai meraoke. demikian juga dalam hal musik, sebagai salah satu ragam kebudayaan yang terlahir di bumi Indonesia ini dan terus bertransformasi dengan kebudayaan pendatang telah memiliki karakter dan keragaman budaya tentang musik.
sehingga terlahir berbagai macam aliran musik seperti Pop, rock, blues, Metal, keroncong, jazz, Reggae, klasik dan Melayu atau dangdut. Untuk jenis musik yang terakhir ini, bisa dibilang sebuah musik yang diturunkan dari jenis musik Melayu dan telah mengalami penbauran dengan warna musik lainnya yang ada di Indonesia hingga melahirkan warna baru Khas Asli Indonesia bernama Musik Dangdut.
Tatkala alunan musik dengan dominasi suara kendang dan seruling serta klentingan melodi melantun di udara dalam suasana gegap gempita dari goyangan para penonton di sekitar panggung mengikuti alunan lagu dari para artis serta group pengiringnya itu, telah penggelorakan pengunjung dalam suatu pertunjukan ”Orkes Dangdut” yang disewa oleh Partai Politik dalam kampanye pemilhan Bupati di sebuah kota yang berhawa sejak itu, di kawasan Jawa Timur.
Bagi anak-anak muda maupun orang tua, terutama dari kalangan menengah kebawah atau kelas pekerja, ini buknlah hal yang asing bagi mereka, betapa tidak, Sebuah musik yang didominasi dengan suara kendang dan seruling itu adalah bagian dari kehidupan mereka sebagai sarana hiburn murah meriah, dalam rangka melepas lelah sehabis bekerja seharian penuh.
Tak jarang setiap adanya pentas dangdut entah dalam rangka ulang tahun organisasi atau orang mengadakan hajatan selalu dipenuhi oleh orang-orang kelas pekerja, bahkan kelas menengah kadang-kadang menengoknya saja…malu-malu…kalieee…!!!.
Keberadaan musik Dangdut memang dinilai banyak kalangan sebagai musik yang membawa aspirasi kalangan masyarakat kelas bawah dengan segala kesederhanaan dan kelugasan dalam setiap pementasannya. Ciri khas ini tercermin dari lirik serta bangunan lagunya dengan Gaya pentas yang sensasional dari para artis yang membawakan lagu-lagunya hingga para penonton terbius dalam goyangannya yang terkadang terlihat gayanya seronok hingga membuat orang yang melihat menjadi melotot…tot… matanya… weee… gak tahan… yaa…ngelihatnya…, sampai orang yang ada di sebelahnya merasa kesakitan dikarenakan diinjak kakinya yang memakai sandal bakiak itu… Aauuu… diamput… loro… iki… dulll…!!!
Jauh sebelumnya, sekitar tahun 1985an di kota Yogyakarta selalu diadakan perayaan Sekaten, dan deretan stand group musik dangdut ambil bagian dalam gelar budaya yang terdiri dari ratusan stand yang ada di alun-alun utara kota Yogayakarta itu. Dari pementasan musik dangdut itulah, akhirnya muncul perdebatan sengit dari kalangan budaya dan pemuka agama hingga berakhir dengan pelarangan pentas panggung dangdut dalam keikut sertaan pada stand perayaan Sekaten di Yogyakarta itu. Perdebatan muncul lagi-lagi diakibatkan gaya panggung para penyanyi (wanita)-nya yang dinilai terlalu “terbuka” dan berselera rendah, namun jangan ditanya pengunjungnya selalu membludak dan para pengunjung itu berebut dipintu masuk untuk menempati tempat duduk yang paling depan supaya enak ngeliahatnya weee…asyik…deh…!, tidak jarang orang berulang sampai nonton lima kali walaupun ditarik biaya.
Dari situlah akhirnya keberadaan stand dangdut ini dilarang didalam acara sekatenan di yogyakarta itu dikarenakan tidak sesuai dengan misi Sekaten sebagai suatu perayaan keagamaan. Terlepas dari perayaan sekatenan, namun dewasa ini banyak group dangdut yang disewa oleh berapa kalangan entah individu atau organisasi masih menggunakan cara-cara lama dalam pementasannya, hal ini dilakukan untuk menarik massa dengan cara goyangan serta pakian yang terkesan seronok, sehigga menarik penontonnya untuk “nyawer” dengannya (berjoget dengan penyanyinya sambil memberikan uang secukupnya sesuai dengan kemampuan penjogetnya).
Berbagai macam ragam penampilan musik dangdut dari musik dangdut panggung sampai ke gerobak, turut mewarnai perjalanan musik dangdut yang dekat dengan lingkungan rakyat kelas pekerja
Dalam era globalisasi dengan segala macam teknologi yang ada di dalamnya, membuat kreatifitas para musisi untuk menghadirkan berbagai macam eksperimentasi dalam bermusik hingga melahirkan suatu warna baru dalam kanca pagelaran musik dangdut di tanah air. Dalam perspektif perekonomian kini musik Dangdut telah menjadi sebuah lahan penggarapan yang subur dalam industri musik di Indonesia. Segala macam bentuk hasil industri yang terlahir dari musik ini, tidak hanya menguntungkan bagi para penyanyi dan pemusiknya saja, akan tetapi juga termasuk para produser rekaman serta industri media khususnya televisi seperti MNC TV hasil jilmaan dari Televisi Pendidikan Indoesia yang telah diakuisisi oleh MNC Group itu, telah mengusung warna musik dangdut bagian dari program acaranya. Mungkin hal ini tak pernah terbayangkan sebelumnya, bahwa keberadaan musik Dangdut yang dahulunya dikenal sebagai citraan musik pinggiran dimana segmentasi penonton hanya kalangan bawah saja, tetapi kini berbalik 180 derajat bahwa keberadaan musik Dangdut sudah merakyat dan dinikmati olah semua lapisan masyarakat, setelah Rhoma Irama dengan group Sonetanya itu telah berhasil menggebrak dan mempopulerkannya dengan berbagai macam versi itu, sehingga kini musik yang didominasi dengan suara kendang ini begitu eksis keberadaannya dari semua golongan bahkan sampai “go international “.
Hingga saat ini keberadaan musik Dangdut sudah mengakar dan merakyat dalam lingkungan masyarakat Indonesia, baik kalangan muda maupun tua. Keberadaan musik yang dalam penampilannya selalu bikin kaki atau kepala bergoyang itu selalu ramai dibanjiri oleh penonton untuk keperluan hiburan dalam penyelenggaraan suatu acara, mulai dari hajatan, ulang tahun organisasi, kampanye politik, kafe, karaoke bahkan dangdut keliling yang ditarik oleh gerobak masuk gang satu ke gang lainnya itu, telah mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia tidak hanya di perkotaan saja, akan tetapi sudah menjalar sampai ke pelosok desa.
No comments:
Post a Comment